Minggu, 09 Januari 2011

Asuhan Kebidanan IV : LETAK SUNGSANG


LETAK SUNGSANG


A.   Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro, 2008 : 606).

Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri (manuaba, 2001 : 237).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).

B.   Jenis letak sungsang
·         Letak bokong murni
Presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank breech”. Bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
·         Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki)
Di samping bokong teraba kaki dalam bahasa inggris “Complete breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
·         Letak bokong kaki tidak sempurna (mis: presentasi lutut)
Hanya terdapat 1 kaki di samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas, dalam bahasa Inggris disebut “Incomplete breech”.

·         Letak kaki (presentasi kaki)
Pada presentasi kaki bagian paling rendah ialah satu atau dua kaki.
                                                          
                                                                           Foot Breech
C.    Etiologi
·         Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar.
·         Polihidramnion karena anak mudah bergerak.
·         Placenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.
·         Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bicornis.
·         Panggul sempit; walaupun panggul sempit masih diragukan sebagai factor penyebab sungsang.
·         Kelainan bentuk kepala: hydrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
·         Kehamilan ganda

D. Diagnosa
Subjektif:
·         Ibu merasa pergerakan janin lebih banyak  di perut bagian bawah dan bawah pusat.
·         Ibu merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.

Objektif:
·         Palpasi menurut Leopold
Leopold I : teraba bagian keras, bulat dan melenting (kepala)
Leopold II : teraba punggung disatu sisi , bagian kecil di bagian lain.
Leopold III : teraba bagian yang kurang bundar dan lunak (bokong terasa di bagian bawah rahim).
·         Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
·         Pemeriksaan USG dan x-ray
·         Pada pembukaan sudah besar teraba sacrum dan ischiadikum, diantara tulang tersebut teraba anus.
·         Harus dibedakan antara presentasi bokong dan presentasi muka. Karena tulang ischiadikum bisa seperti tulang pipi dan anus seperti mulut. Pada saat jari dimasukan ke dalam anus ada rintangan otot, sedangkan jari yang memasuki mulut dapat meraba rahang dan alveola tanpa hambatan.
·         Denominatornya adalah sacrum karena memiliki deretan tulang yang disebut crista sacralis media.
·         Pada letak bokong kaki teraba kaki disamping bokong. Cara membedakan kaki dengan tangan, pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang  telapak tangan.

E.    Penanganan selama kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindari. Untuk itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak sungsang hal yang harus dilakukan adalah:
·         Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan letak sungsang.
·         Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest,  yaitu meletakkan kepala diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan “anti sungsang”.
                    
·         Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
·         Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk mengetahui presentasi janin, mengetahui jumlah cairan amnion, letak plasenta dan keadaan plasentanya.
·         Konseling kepada ibu mengenai pilihan untuk melahirkan jika saat umur kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala.
·         Konseling dan diskusikan mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan persalinan tersebut.

F.    Penanganan selama persalinan
Jenis persalinan pada presentasi sungsang ada 2, yaitu pervaginam dan Sectio Caesarea :
1)   Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a.    Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri, tanpa tarikan ataupun manipulasi selain menyangga bayi. Cara ini disebut cara Bracht.
b.    Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery).
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c.    Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.

Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui “seven cardinal movement” yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang pervaginam:
a.    Persalinan Bokong
b.    Persalinan Bahu
c.    Persalinan Kepala

Persalinan sungsang pervaginam secara spontan (sungsang “Bracht”)
dibagi menjadi 3 tahap :
1. Fase Lambat Pertama
Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilikus. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan. Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
2. Fase Cepat
Tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut. Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit ( 1 – 2 kali kontraksi uterus ) fase ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Fase lambat Kedua
Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala. Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
Persalinan Sungsang_1Persalinan Sungsang_2
          Persalinan Sungsang_3

v  Manuver untuk melahirkan bahu dan kepala
*       Pertolongan persalinan secara Bracht
Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan, kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu, sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Kemudian bayi diletakkan diperut ibu dan dilakukan asuhan pada bayi baru lahir.
Pada manuver ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan, dan hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak sungsang. Tetapi tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.
Untuk melahirkan lengan dan bahu dapat dilakukan manuver klasik, muller atau Lovset.
               

*       Pengeluaran lengan secara Klasik/Deventer
Digunakan jika bahu masih tinggi. Pada dasarnya, lengan kiri janin dilahirkan dengan tangan kiri penolong, sedangkan lengan kanan janin dilahirkan dengan tangan kanan penolong. Kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan dua tangan, badan ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan kelihatan dibawah simfisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh janin ditarik ke atas, sehingga perut janin kea rah perut ibu, tangan penolong yang satu dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang sampai fossa kubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan jari-jari tersebut. Untuk mengeluarkan lengan depan, dada dan punggung janin dipegang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar untuk mengubah lengan depan supaya berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada di belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua tetap dilahirkan sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang dengan tangan bertentangan dengan lengan depan utnuk menarik tubuh janin ke bawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu. Tangan yang lain menulusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa kubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus.


*       Pengeluaran lengan secara Mueller
Digunakan jika bahu sudah berada dipintu bawah panggul. Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh janin ditarik ke arah vertical ke bawah sampai bahu depan berada dibawah simpisis, kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara klasik.


*       Pengeluaran bahu secara Loevset
Digunakan jika lengan bayi terjungkit dibelakang kepala. Dasar pemikiran cara loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan lahir ke bawah simfisis. Setelah sumbu bahu janin terletak  dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong, tubuh janin ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah simfisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh kedua tangan sampai bahu belakang tedapat di depan dan tampak di bawah simfisis, dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke arah yang berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat dilahirkan dengan mudah.

*       Pengeluaran kepala secara Mauriceau (Viet Smellie)
Digunakan bila bayi dilahirkan secara manual aid atau bila dengan bracht kepala belum lahir.
Badan janin dengan perut kebawah diletakkan pada lengan kiri penolong. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan fleksi. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jaritangah berada disebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik kebawah dengan tangankanan sampai suboksiput atau batas rambut dibawah simpisis. Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati perineum, disusul oleh bagian kepala lain. Tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat menyebabkan perlukaan padda mulut dan muka janin.
Apabila terjadi kesulitan melahirkan kepala dengan cara ini, dapat digunakan cunam piper.





*       Pengeluaran kepala dengan menggunakan cunam piper
Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam, tarikan dilakukan terhadap kepala, sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan dilakukan pada leher. Kedua kaki janindi pegang oleh asisten dan diangkat ke atas, kemudian cunam dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik curam ke bawah sampai batas rambut dan suboksiput berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai titik pemutaran, cunam berangsur diarahkan mendatar dank e atas, sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum, disusul oleh bagian kepala yang lain.

Komplikasi persalinan sungsang pervaginam
·   Komplikasi ibu:
1.    Perdarahan
2.    Trauma jalan lahir
3.    Infeksi
·       Komplikasi anak:
1.    Sufokasi / aspirasi :
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.
2.    Asfiksia :
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase cepat.
3.    Trauma intrakranial:
Terjadi sebagai akibat :
ü Panggul sempit
ü Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
ü Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
ü Fraktura / dislokasi:
*    Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
*    Fraktura tulang kepala
*    Fraktura humerus
*    Fraktura klavikula
*    Fraktura femur
*    Dislokasi bahu
*    Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan, merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan terjadinya aspirasi.


2)   Sectio Cesarean
Pada saat ini SC menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi persalinan sungsang. Alasan-alasan SC dilakukan :
v  jika taksiran berat badan janin lebih dari 3500 gram.
v  Jika diketahui panggul sempit baik panggul sempit absolute dan panggul sempit relative.
v  Kelainan pada rahim sehingga tidak memungkinkan lahir secara pervaginam.
v  Jika anak tersebut merupakan anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya atau pernah ada riwayat bayi yang mengalami trauma lahir bisa dipertimbangkan untuk SC.


Metode persalinan
Penentuan cara persalinan adalah sangat individual, kriteria pada tabel dibawah dapat digunakan untuk menentukan cara persalinan per vaginam atau per abdominal ( sectio caesar ) :

Persalinan pervaginam
Sectio Caesar
“Presentasi frank Breech”
Ketuban pecah dini lama
Usia kehamilan ≥34 minggu
Janin preterm (25-34 mnggu),
Taksiran berat janin 2000-35000 gr
Taksiran berat janin ≥3500 gr atau <1500 gr
Kepala fleksi
Kepala defleksi atau hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan x-ray pelvimetry).
Diameter transversal PAP 11,5 cm, dan anterioposterior 10,5 cm ; Diameter tranversal panggul tengah 10 cm dan diameter anterposterior 11,5 cm
Panggul sempit atau ukuran dalalm nilai “borderline”
Tidak ada indikasi SC (ibu dan anak)
Bagian terendah janin belum engage, Partus lama, Primi tua, Inferttilitas atau riwayat obstetrik buruk, presentasi kaki, Kelainan pada rahim.
Proses persalinan berlangsung normal meskipun sedah direncanakan SC (pervagiman masih merupakan pilihan dibandingkan SC)
gawat janin.




Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan Zahtuni Andros Breech Scoring seperti terlihat pada tabel dibawah :
clip_image008
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila skoring antara 0 – 4.

























LETAK LINTANG

A.   Definisi
Keadaan ini terjadi bila sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat persalinan. Oleh karena itu, di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil.

Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul sedangkan kepala terletak di salah satu fossa iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada keadaan yang disebut sebagai presentasi bahu ini, arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan. Lebih lanjut, karena pada kedua posisi tersebut, punggung dapat mengarah ke anterior atau ke posterior, ke superior atau ke inferior, biasanya jenis letak lintang ini dapat dibedakan lagi menjadi letak lintang dorsoanterior dan dorsoposterior.


B.   Etiologi
Penyebab utama letak lintang adalah :
*       Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas  yang tinggi
*       Janin premature
*       Plasenta previa
*       Uterus abnormal
*       Cairan amnion berlebih
*       Panggul sempit
Wanita dengan paritas 4 atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat dibanding wanita nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa. Letak lintang atau letak oblik kadang-kadang terjadi dalam persalinan dari posisi awal longitudinal.
C.    Diagnosa
Diagnosis letak lintang biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi saja. Abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga sedikit di atas umbilikus. Tidak ditemukan bagian bayi di fundus dan balotemen kepala teraba pada salah satu fossa illiaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang di bagian depan perut ibu ; bila punggungnya di posterior, teraba nodulasi ireguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama.
Pemeriksaan USG dan x-ray saat usia kehamilan 36 minggu.


Pada pemeriksaan dalam, pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat dikenali dengan adanya “rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap. Pada tahap lanjut persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati vulva.
D.   Penanganan Selama Kehamilan
·         Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan letak lintang.
·         Beri konseling mengenai gerakan kneechees,  yaitu meletakkan kepala diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan, kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala janin tetap berada di bawah
·         Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk mengetahui presentasi janin, mengetahui jumlah cairan amnion, letak plasenta dan keadaan plasentanya.
·         Konseling kepada ibu mengenai persalinan dengan Sectio Caesaria.

E.    Penanganan Selama Proses Persalinan
Kelahiran spontan bayi normal yang sudah berkembang sempurna jelas tidak mungkin terjadi pada letak lintang persisten. Setelah ketuban pecah, jika persalinan lanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi pintu atas panggul , dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong di fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami rupture dan baik ibu maupun bayi dapat meninggal.
Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800 gr) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpore).
F.    Prognosis
Persalinan dengan presentasi bahu meningkatkan risiko maternal dan sangat menambah ancaman kematian pada bayi. Kebanyakan kematian ibu akibat komplikasi kasus kasep terjadi karena rupture uteri spontan atau traumatic akibat tindakan versi dan ekstraksi yang keliru serta terlambat. Meski dengan penanganan sebaik mungkin, morbiditas tetap meningkat karena seringnya disertai plasenta previa, peningkatan kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, dan keharusan untuk melakukan tindakan operasi besar.
G.   Penatalaksanaan 
Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan indikasi seksio sesaria. Setelah proses persalinan berjalan baik, percobaan untuk mengubah posisi menjadi letak longitudinal dengan manipulasi abdomen tidak mungkin berhasil. Sebelum persalinan atau pada awal persalinan dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar layak dicoba bila tidak ada komplikasi obstetric lain yang merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea. Phelan dan Rekan (1986) merekomendasikan upaya tersebut dilakukan hanya setelah kehamilan berusia 39 minggu karena tingginya (83 %) frekuensi perubahan spontan menjadi letak longitudinal. Jika selama awal persalinan kepala bayi dapat diputar dengan manipulasi abdomen hingga masuk ke panggul, posisi kepala tersebut harus dipertahankan di dalam panggul selama beberapa kontraksi berikutnya untuk mencoba memfiksasi kepala bayi di dalam panggul. Bila tindakan ini gagal, tindakan seksio sesarea harus segera dilakukan.
Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati segmen bawah uterus, insisi melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi yang terjebak dalam korpus uteri di atas garis insisi. Karena itu insisi vertiikal umumnya lebih disukai.

TINJAUAN KASUS
No. rekam medik      : 006986
Waktu pengkajian     : Senin, 11 November 2010 Pukul 08.30 WIB
Tempat pengkajian   : BPS Bidan Anggun
Nama pengkaji         : Bidan Anggun

DATA SUBJEKTIF
A.    Identitas pasien

Istri
Suami
Nama
Ny. N
Tn. H
Usia
27 th
30 th
Pendidikan terakhir
D3
D3
Pekerjaan
Guru
Guru
Agama
Islam
Islam
Suku bangsa
Sunda
Sunda
Golongan darah
A
O
Pernikahan
Pertama
Pertama
Lama pernikahan
6 tahun
6 tahun
Alamat
Jl. Padangasal No. 106 Kab. Garut

B.    Keluhan umum: 
Ibu merasa hamil 8 bulan lebih, datang kepada bidan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai dengan kujungan ulang. Ibu tidak merasakan ada keluhan. Gerakan janin masih dirasakan ibu.

C.    Riwayat kehamilan sekarang
Kehamilan ke                     : 2
Usia kehamilan                   : 35-36 minggu
HPHT                                : 27 Februari 2010
TP                                    : 04 Desember 2010
Gerakan janin pertama        : usia kehamilan 4 bulan
Gerakan janin terakhir        : sebelum pengkajian
Obat yang dkonsumsi          : Fe, multivitamin, kalsium.
ANC                                 : 4 kali  di bidan
Pemeriksaan USG               : belum pernah dilakukan
Pemeriksaan laboratorium    : belum pernah dilakukan

D.   Riwayat kehamilan yang lalu
Jumlah kehamilan               : 2
Jumlah anak hidup              : 1 orang
Jumlah lahir prematur         : -
Jumlah keguguran              : -

E.    Riwayat obstetri
Anak ke-1, lahir tahun 2006, aterm, BPS, Bidan, spontan, tidak ada penyulit, nifas normal, JK: perempuan, BB: 3000 gr, PB: 49 cm, Hidup.

F.    Riwayat menstruasi
Menarce        : 13 tahun
Siklus            : 28 hari
Lamanya       : 7 hari
Banyaknya     : normal
Keluhan         : tidak ada

  1. Riwayat kesehatan:
Klien tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit kronis, menular, dan penyakit keturunan seperti penyakit kardiovaskuler, hati, dan diabetes melitus.

H.    Riwayat kontrasepsi :
Terakhir Ibu mengunakan KB pil selama 2 tahun.

I.     Nutrisi dan hidrasi
Ibu biasa makan 3 kali sehari dengan porsi 1 piring dengan menu makanan seimbang.
Ibu biasa minum > 8 gelas/ hari.

J.     Eliminasi
Ibu biasa BAB 1 kali/ hari setiap pagi. Terakhir BAB tadi pagi. Tidak ada keluhan.
Ibu biasa BAK sering setiap harinya. Tidak ada keluhan.

K.    Pola istirahat dan tidur
Ibu biasa tidur malam ±7 jam dan istirahat siang ± 1jam.

L.    Aktivitas sehari-hari
Ibu mengajar mulai pukul 08.00-13.00 WIB. Beban pekerjan sehari-hari sedang.

M.   Personal hygiene               
Baik, ibu biasa mandi 2 kali sehari, selalu ganti celana dalam dan mengganti pembalut disaat datang bulan minimal 2 kali sehari.

N.   Hubungan seksual
Hubungan seksual dilakukan teratur 1-2 kali seminggu, tidak ada keluhan.


DATA OBJEKTIF
A.    Keadaan umum : baik
Kesadaran         : compos mentis
Emosi               : stabil

B.    Antropometri
Berat badan   : 57 kg
Tinggi badan   : 153 cm

C.    Pemeriksaan tanda-tanda Vital:
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi              : 80 kali/menit
Suhu             : 36,60 C
Respirasi        : 21 x/ menit
D.   Pemeriksaan Fisik:
1.    Muka
tidak pucat, tidak oedem, sklera putih, konjungtiva merah muda.
2.    Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid. Tidak ada peningkatan vena jugularis.
3.    Thoraks
Payudara: Simetris, bersih, puting menonjol +/+, nyeri -/-, benjolan/massa: -/-,
Bunyi nafas : vesikuler
Bunyi jantung : Reguler
4.    Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi.
Tampak melebar
TFU                   : 25 cm
Leopold 1  : tidak teraba bagian bayi

Leopold 2  : teraba bulat, keras, dapat dilentingkan disebelah kanan, taraba bulat, lunak, tidak melenting disebelah kiri.
Leopold 3  : tidak teraba bagian janin.
DJJ          : 141 kali/menit
Kandung kemih    : kosong
5.    Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan
6.    Ekstremitas
Oedem -/-, varices -/-, refleks patela +/+.

E.    Pemeriksaan laboratorium
Hb                : 12 gr %
Protein urin    : -
Glukosa urin   : -


ASSESMENT
G2P1A0 gravida 35-36 minggu dengan suspect kelainan letak Lintang. Janin hidup tunggal intra uterin dengan keadaan baik.
Masalah actual         : letak lintang
Masalah potensial      : terjadi rupture uteri
Kebutuhan segera     : pemeriksaan USG untuk mengetahui secara pasti keadaan janin.

PLANNING
·         Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
·         Menjelaskan kepada ibu mengenai resiko persalinan dengan letak lintangà ibu mengerti.
·         Mengajurkan ibu untuk USG à ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
·         Memberikan tablet penambah darah X tablet dosis 1X1.
·         Memberikan tablet calk X tablet dosis 1X1.
·         Memberitahukan jadwal kunjungan ulang dengan membawa hasil USG pada tanggal 18 November 2010.



DAFTAR PUSTAKA

·         Cunningham, f.Gary et al. 2006. Obstetri Wiliams vol.2 edisi 21. Jakarta: EGC.
·         Cunningham, f.Gary et al. 2009. Obstetri Wiliams paduan ringkas edisi 21. Jakarta: EGC.
·         Manuaba, I.A.Chandranita. gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. 2008. Jakarta : EGC.
·         Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. 1998. Jakarta : EGC.
·         Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Obtetri Fisologi Obstetri patologi edisi 2. 1998. Jakarta :EGC.
·         Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka.
·         Star, L. Winfred. 2001. Ambulatory Obstetrics. San Fransisco: UCSF Nursing Press.
A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar